Kesulitan mahasiswa dalam memahami isi materi kimia pada dasarnya bersumber dari empat faktor utama, yakni ketidakmampuan mahasiswa untuk memahami maksud suatu soal, mengingat persamaan, memilih dan memilah persamaan yang tepat, dan menggunakan persamaan secara tepat untuk menyelesaikan suatu soal. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Ikatan Kimia secara umum relatif lebih rendah dibanding dengan hasil belajar pada mata kuliah kimia lainnya. Pembelajaran Ikatan Kimia selama ini lebih banyak difokuskan pada pengenalan konsep dasar, pengenalan persamaan-persamaan dasar, penggunaan suatu persamaan dasar untuk mendapatkan suatu persamaan yang lebih spesifik serta batasan berlakunya suatu persamaan, dan arti fisik suatu persamaan. Proses pembelajaran seperti ini pada dasarnya cukup baik untuk mata kuliah yang merupakan prasyarat bagi mata kuliah lanjut. Namun, pada kenyataannya, pembelajaran mata kuliah Ikatan Kimia yang seperti ini harus dilakukan secara hati-hati dan relatif lambat sehingga waktu yang tersedia untuk pemberian contoh soal dan pembahasannya menjadi sangat terbatas. Sebagai gambaran, sebaran nilai kelulusan mahasiswa untuk mata kuliah Ikatan Kimia pada semester genap Tahun Akademik 2002/2003 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 28 orang adalah 1 orang memperoleh nilai A, 4 orang memperoleh nilai B, 8 orang memperoleh nilai C, 5 orang memperoleh nilai D dan sisanya 10 orang memperoleh nilai E. Dengan demikian, hanya 46,43% saja mahasiswa yang lulus dengan huruf mutu minimal C, dengan nilai akhir (NA) rata-rata sebesar 5,35. Keadaan ini cukup memprihatinkan. Bahkan dari 28 mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ikatan Kimia pada Tahun Akademik 2002/2003 tersebut sekitar 35,71% adalah mahasiswa yang mengulang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran mata kuliah Ikatan Kimia selama ini kurang efektif. Proses pembelajaran adalah upaya bersama antara dosen/guru dan mahasiswa/siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk dapat diinternalisasi dalam diri mahasiswa/siswa dan menjadi landasan belajar berkelanjutan secara mandiri. Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa SMAN 1 Bandar Lampung telah diketahui bahwa proses internalisasi dalam pembelajaran sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran tersebut Untuk mencapai keberhasilan tersebut, seorang dosen/guru harus dapat mengorganisir kegiatan pembelajarannya sebaik mungkin, sehingga mahasiswa/siswa dapat terlibat secara aktif pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung, antara lain dengan penerapan metode mengajar yang lebih tepat. Metode mengajar yang digunakan seorang guru hendaklah dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar lebih lanjut serta mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri melalui usaha pribadi yang akhirnya dapat membimbing siswa agar dapat berdiri sendiri atas tanggungjawabnya sendiri .Teknik yang lebih tepat dalam hal ini adalah penyampaian dengan bantuan tutorial/response. merupakan salah satu upaya menggantikan buku teks yang canggih, karena mereka menyajikan pertanyaan dan jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tutorial dapat memberikan konstribusi yang positif dalam proses pembelajaran mahasiswa, dan yang mendapat nilai tambah bukan hanya mahasiswa yang menerima tutorial, namun juga mahasiswa yang menjadi tutor. Dalam proses pembelajaran, yang menentukan pembelajaran kimia dapat dilak-sanakan dengan baik adalah keadaan permulaan yang terdapat sebelumnya, yaitu keadaan individual mahasiswa/siswa. Keadaan individual mahasiswa/siswa ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain hasil psikologi belajar mahasiswa/siswa mengenai hubungan antar bahan pelajaran dan tujuan proses pembelajaran yang telah ditetapkan. Keadaan individual (kesiapan) mahasiswa/siswa dapat terpenuhi apabila bahan untuk dibaca mahasiswa/siswa tersedia dan mudah didapatkan. Adanya handout/buku ajar dapat memacu terjadinya sistem belajar aktif, atau dikenal dengan cara belajar mahasiswa aktif. Di dalam cara belajar ini, mahasiswa berperan secara aktif memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya. Tersedianya buku ajar berperanan dalam mengatasi keterbatasan jumlah pustaka yang ada di perpustakaan, membantu keterbatasan penguasaan bahas asing oleh mahasiswa, serta membantu pemahaman materi perkuliahan, sebab strukturnya dibentuk berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi tujuan akhir yang akan dicapai. Proses pembelajaran yang telah dilakukan tanpa adanya evaluasi mengakibatkan tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut tidak akan dapat dilihat dan dikaji ulang mengenai kelebihan dan kelemahan teknik pembelajaran yang dipilih. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan umumnya adalah tes prestasi. Evaluasi ini dapat berupa tes diagnostik dan tes prestasi belajar .
0 komentar:
Posting Komentar